Anak TikTok? Salah Besar! Gen Z Adalah Pasar Premium Masa Depan
Ditulis oleh Kang Apik – CEO KOMUNET Konsultan Bisnis & Komunikasi Strategis (www.komunet.id/promo)
Selama ini kita sering mendengar stereotip: Gen Z hanyalah “anak TikTok” yang doyan konten lucu dan challenge. Anggapan ini sudah ketinggalan zaman. Generasi yang lahir setelah pertengahan 1990-an ini kini menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan budaya paling berpengaruh. Mereka bukan sekadar pengguna media sosial – mereka pembentuk tren, pengarah opini, bahkan pengambil keputusan.
Data yang Tidak Bisa Diremehkan
Menurut McKinsey & Company, pada tahun 2025 seperempat populasi Asia-Pasifik adalah Gen Z. Di Indonesia, mereka sekitar 27% dari total penduduk. Ini bukan angka kecil. Artinya, satu dari empat calon konsumen Anda adalah Gen Z. Mereka lahir digital, punya literasi teknologi tinggi, dan menghabiskan rata-rata enam jam per hari di ponsel. Mereka mencari informasi, review, dan rekomendasi sebelum memutuskan membeli.
Lebih dari Sekadar Konten Pendek
60% pengguna TikTok adalah Gen Z. Tapi jangan salah: bagi mereka TikTok bukan sekadar hiburan. Platform ini adalah “panggung utama” untuk membangun identitas, memengaruhi tren, dan berbagi nilai. Mereka berpindah dari Instagram Reels ke YouTube Shorts, dari forum review ke toko online, dalam ekosistem yang menyatu. Pola ini membuat pendekatan marketing tradisional jadi kurang relevan.
Idealisme yang Membentuk Pilihan
Gen Z adalah “konsumen kritis”. Eduvest Journal menemukan mereka semakin memperhitungkan faktor lingkungan dalam pembelian. Mereka peduli keberlanjutan, keberagaman, dan keaslian. Di Indonesia, riset menunjukkan 85% Gen Z mengaku influencer mempengaruhi keputusan mereka. Tetapi bukan sembarang influencer: mereka mencari figur yang “real” dan konsisten, bukan promotor sekali lewat.
Pengalaman Lebih Penting daripada Barang
Artikel “12 Characteristics of Gen Z in 2025” mencatat bahwa traveling berada di puncak prioritas Gen Z. Dalam empat tahun terakhir, jumlah Gen Z yang merencanakan perjalanan internasional naik 17%. Mereka mengutamakan destinasi yang punya cerita, spot foto keren, petualangan unik. Mereka bukan hanya membeli produk; mereka membeli pengalaman.
Strategi Marketing untuk Pasar Premium Ini
Sebagai konsultan, saya melihat Gen Z sebagai pasar premium – bukan karena mereka membayar paling mahal, tapi karena mereka menetapkan standar baru. Empat kunci berikut ini layak menjadi pegangan:
- Komitmen Lingkungan yang Nyata. Jangan hanya “greenwashing”. Tunjukkan bukti: program ramah lingkungan, rantai pasok berkelanjutan, CSR yang relevan.
- Bahasa Visual Cepat. TikTok, Reels, Shorts: konten singkat, padat, jelas, mengena (SPJM). Review produk realistis, bukan brosur digital.
- Kolaborasi dengan Mikro-Influencer yang “Real”. Pilih mereka yang dekat dengan komunitas lokal dan punya gaya hidup yang resonate dengan Gen Z. Konten mereka harus konsisten, bukan sekadar promosi sekali dua kali.
- Pengalaman Brand yang Personal. Packaging unik, opsi customize, unboxing yang menyenangkan, pelayanan cepat, interaksi empatik – semua membuat Gen Z merasa brand itu “punya mereka”.
Penutup
Era Gen Z bukan sesuatu yang “akan datang” – ia sudah di sini. Mereka bukan anak kecil yang butuh diajari cara konsumsi; mereka pengambil keputusan yang akan menentukan siapa yang bertahan dan siapa yang ditinggalkan.
Gregg L. Witt, penulis The Gen Z Frequency, mengingatkan:
“Youth culture is constantly evolving and Gen Z in particular is disrupting industries… if brands don’t recognize this now and get on board, they are going to be left behind.”
Sederhananya: budaya muda selalu berubah, Gen Z sedang mendisrupsi industri. Kalau brand Anda tidak bergerak sekarang, siap-siap jadi catatan kaki sejarah.
Penulis juga merupakan Pengurus Apindo Kabupaten Cirebon, Co-Founder C-Connect, Pembina Asosiasi Pengusaha Kecil dan Menengah Kabupaten Cirebon, Ketua Lembaga Pengembang UMKM dan Korda SUMU PDM Kabupaten Cirebon, mengelola www.komunikasi.net dan www.pengusaha.co.id