Kuningan, 27 Desember 2025, WMRI telah melangsungkan pertemuan kelas perdana
Kang Apik sebagai salah satu bagian dari WMRI menyampaikan materi pembuka, berikut kesimpulannya:
Sinergi Pikiran, Alam, dan Spiritualitas
_Fondasi Mental Membangun Usaha Berbasis Sampah & Pangan_
Oleh: Kang Apik Founder www.pengusaha.co.id
Banyak orang hari ini memiliki ilmu. Mereka ikut pelatihan, membaca buku, menghadiri seminar, bahkan menguasai teori dengan baik.
Namun, tidak sedikit yang akhirnya berhenti di tengah jalan. Ilmunya ada, tetapi hasilnya tidak pernah nyata.
Di titik inilah materi ini berdiri.
Materi Kang Apik tidak hadir untuk mengulang sisi teknis.
Bukan untuk menggantikan ilmu tanah, mikroba, dan pertanian yang diajarkan Prof. Deden.
Bukan pula untuk menyaingi mental bisnis ala Pa Benhardi.
Materi ini justru menjadi pengikat, jembatan yang menyatukan ilmu, mental, dan realitas sosial-ekonomi masyarakat.
Pertanyaan dasarnya sederhana, tetapi tajam:
mengapa banyak orang punya ilmu, tapi tidak berhasil?
_Kunci Utama: Sinergi Tiga Alam_
Keberhasilan usaha bidang apapun, dalam hal kemarin,—terutama usaha berbasis sampah dan pangan—tidak cukup hanya dengan teknik.
Ia membutuhkan sinergi tiga kekuatan besar yang sering diabaikan: _alam pikiran, alam bumi, dan alam langit._
*Alam Pikiran: Tempat Segala Sesuatu Bermula*
Semua realitas berawal dari pikiran.
Mimpi bukan khayalan kosong, tetapi benih penciptaan.
Sebelum sesuatu hadir di dunia nyata, ia harus hadir terlebih dahulu di alam pikiran. Di sinilah peran besar alam bawah sadar. _Sekitar 80% arah hidup manusia dibentuk oleh apa yang terus-menerus ia pikirkan, yakini, dan bayangkan._
Jika seseorang tidak pernah membayangkan dirinya berhasil, maka secara tidak sadar ia sedang menutup pintu keberhasilannya sendiri.
Pikiran yang ragu akan melahirkan tindakan setengah-setengah.
Pikiran yang takut akan melahirkan keputusan yang selalu mundur.
*Alam Bumi: Ruang Ikhtiar dan Kerja Nyata*
Alam bumi adalah tempat kita bekerja, berikhtiar, dan berproses. Di sinilah kita:
- mengolah sampah,
- mengelola tanah,
- menanam,
- memanen,
- dan membangun usaha.
_Namun perlu disadari, apa yang bisa kita kendalikan secara penuh di alam bumi sebenarnya hanya sekitar 20%_—itulah wilayah alam sadar: tenaga, waktu, dan keputusan harian.
Hasil akhir sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita bersinergi dengan alam pikiran.
Pikiran yang benar akan mengarahkan kerja yang benar.
Pikiran yang kacau akan membuat kerja sekeras apa pun terasa melelahkan dan tidak berujung.
Baik alam pikiran maupun alam dunia tidak bisa dipaksa. _Keduanya hanya bisa diajak bekerja sama._
*Alam Langit: Sumber Arah dan Keberkahan*
Di atas kerja dan rencana manusia, ada alam langit—tempat nilai, kejujuran batin, dan keberkahan bermuara.
Spiritualitas yang dimaksud bukan ritual kosong. Ia adalah proses pembentukan karakter melalui:
- sholat lima waktu,
- dhuha,
- dan tahajud.
Bukan untuk meminta hasil instan, melainkan untuk melatih:
- kesabaran,
- kedisiplinan,
- dan tawakal.
Usaha yang kuat secara teknik tetapi rapuh secara spiritual akan mudah runtuh saat diuji.
Sebaliknya, usaha yang dibangun dengan fondasi batin yang lurus akan lebih tahan terhadap kegagalan dan tekanan.
*Sinergi 90 Hari: Dari Teori Menjadi Karakter*
Sinergi pikiran, bumi, dan langit tidak cukup dilakukan seminggu atau dua minggu. _Kang Apik menekankan minimal 90 hari._
Mengapa 90 hari?
Karena:
- 21 hari membentuk kebiasaan awal,
- 90 hari membentuk karakter dan sistem hidup.
Dalam 90 hari yang dijalankan dengan disiplin, akan terlihat perubahan nyata:
- pola pikir menjadi lebih jernih,
- cara kerja lebih konsisten,
- keputusan bisnis lebih rasional.
Di sinilah teori berhenti menjadi catatan, dan mulai menjelma menjadi perilaku.
*Pikiran Adalah Medan Perang*
Dalam dunia usaha, medan perang utama bukanlah pasar atau kompetitor, melainkan pikiran sendiri.
_Mimpi sering kali paling dibenci oleh orang pesimis._ Bukan karena mimpi itu salah, tetapi karena mimpi mengganggu zona nyaman mereka.
Banyak orang gagal bukan karena kurang pintar, tetapi karena:
- takut melangkah,
- minder,
- dan membawa trauma masa lalu.
Musuh utama seorang pengusaha bukan kompetitor di luar sana, melainkan pikiran negatif yang terus berbicara di dalam dirinya.
*Relevansi dengan Sampah dan Pertanian*
Mengapa materi ini sangat penting dalam konteks WMRI ( Waste Management Research Institute) ?
Karena mengelola sampah membutuhkan mental yang tahan banting. Bayangkan ada Bau, proses panjang, kegagalan fermentasi, dan hasil yang tidak instan adalah bagian dari perjalanan.
Bertani pun menuntut kesabaran, konsistensi, dan disiplin.
Tanpa mindset yang benar, ilmu setinggi apa pun hanya akan dicatat, lalu ditinggalkan.
Ilmu Prof. Deden akan bekerja maksimal hanya jika dijalankan oleh mental yang siap.
*9 dari 10 Masalah Adalah Masalah Niaga*
Realitas yang sering dihindari adalah bahwa sebagian besar masalah hidup berakar pada ekonomi.
Namun ekonomi tidak bisa diperbaiki hanya dengan semangat sesaat.
Ia membutuhkan:
- mental yang kuat,
- visi yang jelas,
- dan sistem yang dibangun dengan konsisten.
Di sinilah pengelolaan sampah menemukan maknanya. Ia bukan sekadar solusi lingkungan, tetapi solusi ekonomi yang nyata dan membumi.
*Emosi vs Logika dalam Bisnis*
Bisnis yang dipimpin oleh emosi akan mudah goyah. Emosi membuat orang baper, takut mengambil risiko, dan reaktif.
Sebaliknya, logika mengajarkan:
- membaca data,
- menilai peluang,
- dan mengambil keputusan dengan kepala dingin.
Emosi menumbangkan bisnis.
Logika menyelamatkan bisnis.
*WMRI, Benplus, dan KOMUNET: Jaringan Aksi*
Dalam konteks WMRI dan kolaborasi Benplus–KOMUNET Indonesia, yang dibangun bukan komunitas ngobrol, melainkan jaringan aksi.
Petani, pengolah sampah, UMKM, dan pendamping disatukan dalam satu ekosistem yang saling menguatkan. Setiap peran penting, setiap proses bernilai.
Jangan hanya sibuk belajar, tetapi lupa melatih pikiran.
Jangan hanya bekerja di bumi, tetapi lupa meminta arah ke langit.
Dan jangan hanya berdoa, tetapi malas bergerak.
Keberhasilan lahir dari pikiran yang benar, kerja yang konsisten, dan doa yang lurus.
Pengelolaan sampah dan pertanian berkelanjutan tidak akan berhasil tanpa perubahan pola pikir.
Mimpi harus ditanam di pikiran, ikhtiar dilakukan di bumi, dan keberkahan diminta kepada Allah.
Dari sinilah akan lahir wirausaha pangan dan lingkungan yang tangguh dan berkelanjutan.
Kang Apik juga merupakan founder www.komunikasi.net


